Jumat, 04 Mei 2012

Brother Story

Summary : Maaf ya ini hanya cerpen yang gaje,dan ngasal sekedar ngisi waktu luang.Kalo ga suka jangan dibaca,, >o<

happy reading...


Kalau ada yang bilang manusia itu tidak ada yang sempurna ternyata itu salah. Karena semua kesempurnaan ternyata ada pada Arya, murid kelas 1 SMU Wardhana. Wajah tampan, otak encer, kantong tebal, baik hati, gaya cool plus misterius. Dia jadi idola para siswi tapi jadi musuh para siswa.

Pagi itu seperti biasa ia datang dengan mobil mewah ke sekolahnya.(persis adegan di sinetron sinetron itu lohh..#plakk)
Seluruh mata langsung tertuju pada mobil sport warna merah terang miliknya. Dan setelah berbelok ke parkiran pun mata mata itu tetap menempel kepadanya.

*di kelas..

Segerombolan(?) anak sedang berkumpul di kelas. Kalau dilihat dari mukanya mereka bukanlah anak anak kutu buku yang sedang berdiskusi tentang pelajaran. Wajah wajah mereka terlihat garang, sangar, dan keji(?)
Hanya ada dua anak yang benar benar terlihat bersinar diantara mereka. Yang satu laki laki berkulit putih berbadan tegap yang ke tampanannya tidak kalah dengan sang pangeran sekolah yang diceritakan diatas.
Yang kedua adalah seorang gadis manis berbibir mungil yang walaupun mencoba disangar-sangarkan (alah..bahasanya) tetap saja ia terlihat sangat imut.

"Raya, jadi gimana? Menurut lo apa kita harus membalas anak STM itu?"tanya sang pemuda tampan kepada si gadis imut yang dipanggilnya Raya itu.

"Menurut gue kita serang dengan diam-diam saja. Gerilya gitu." ujar salah seorang anak.

"Nggak, menurut gue cara gitu sama aja nandain kita ini pengecut. Kita kasih surat tantangan aja ke mereka. Ga usah bikin keributan pake nyerang langsung." ucap gadis cantik itu dengan santai.

"Wah, hebat ide lo Ra. Lo emang pantes jadi penasehat gue. Hahahhaa.." sang pemuda tampan yang ternyata ketua geng itu tertawa puas.

"Itu kan karena lo itu bodoh, Ragil." Raya langsung pergi dari forum itu tanpa ba bi bu lagi.

"Bocah itu..!!Beraninya bilang bodoh sama bos!!" salah seorang anak buah marah. Ia beranjak hendak mengejar sang gadis. Tapi tiba-tiba ada tangan yang menahannya. Tangan sang bos, Ragil menahan geraknya. Ia menarik kerah sang anak buah.

"Kalo ada yang berani nyentuh gadis yang lo bilang bocah barusan pasti akan MAMPUS di tangan gue!!"
Sang anak buah hanya bisa tertunduk malu.

*Arya Side*

Huft..Kenapa sih anak perempuan itu gak bisa berhenti berteriak teriak? Lama lama ni kuping jadi budeg dengernya. Padahal kan ini udah di dalem kelas.
Aku terus ngedumel dalam hati ketika tiba tiba pintu kelas dibuka. Yang masuk bukanlah guru pembimbing tapi wajah yang sangat familiar buatku. Raya, teman sekelasku plus kakak kandungku. (readers: WHAT??) Yups, anda semua tidak salah dengar. Dia KAKAK KANDUNGku. Kami beda setahun. Tapi karena gue ikut kelas akselarasi ketika SMP alhasil gue jadi seangkatan dengan dia.
Tapi di sekolah ini ga ada yang tau kita sodaraan. Dan kata Raya ga ada yang boleh tau. Kalo bisa disebut Raya sangat benci sama gue. Katanya gue ngingetin dia sama papa, orang yang sangat dibencinya sampai saat ini.
Ya, Raya sekarang tidak tinggal serumah sama gue. Karena orang tua kami bercerai. Raya ikut ibuku, dan aku ikut ayahku.
Dia melihat ke arahku yang sedari tadi memperhatikannya, lalu memalingkan muka dan pergi ke tempat duduknya.

Pelajaran dimulai tapi otakku melayang entah kemana. Lagipula aku sudah hafal semua rumus - rumus kimia yang diajarkan Bu Mukti di depan. What ever lah...
Otakku kembali memikirkan Raya. Kakakku. Aku agak belum terlalu terbiasa dengan keadaan disini. Di sekolah kita seperti orang asing. Aku tidak tahan.
Diam diam aku membuka handphone ku. Lalu aku mengetik sms untuk kakakku.
Bisa ketemu gak istirahat nanti? ketikku singkat. Lalu memasukan nomernya yang aku namai Rayaku (kayak orang pacaran aja.#plakk author pengganggu.)
Aku menunggu beberapa saat. Dan hp ku akhirnya bergetar pelan. Tanpa sadar aku tersenyum melihat subject di sms itu.
Buat apa?jawabannya singkat tapi sedikit rasa bahagia hinggap di hatiku.
Ada yang mau aku omongin sebentar. Bisa kan?
Oke. Dimana?balasnya singkat. Tapi ini memang ciri khas dia. Aku tak perduli.
Di depan aula gimana? Sepi kan kalo istirahat?
Oke. jawabnya.
Aku menutup layar ponselku. Ku tahan senyumku. Aku melirik sedikit ke arahnya yang berada di barisan belakang kelas.
Saat ini aku benar benar sudah tidak memperhatikan apa yang dikatakan Bu Mukti lagi. Yang ada di pikiranku hanya aku ingin jam istirahat segera datang.

*Raya Side*

Aku menutup hanphoneku dengan perasaan tak menentu. Mau apa dia minta ketemu denganku? Haruskah aku menemuinya? Dia adikku. Tapi wajahnya mengingatkanku pada ayah. Orang yang sangat aku benci. Orang yang sudah mengkhianati ibuku. Yang secara halus mengusir ibuku dari rumah mewah kami. Yang memisakhanku dengan adikku.
Uhh,,kepala ku sakit mengingat masa laluku.
Aku juga canggung dengan adikku. Bagaimana tidak? Selama 11 tahun kami hidup bersama sebagai kakak adik. Tapi sekarang harus menjadi orang lain. Tapi harus bagaimana lagi. Aku tak mau ada orang lain tau dan mengungkit kembali masa laluku.

Bel tanda istirahat berbunyi. Bu Mukti pun mengakhiri pelajarannya.
Anak anak mulai berhamburan keluar. Ku lihat Arya berjalan menuju pintu kelas diikuti dengan mata mata dan desas desus yang mengiringinya keluar. Ada yang bilang dia itu ganteng banget bagai dewa turun dari khayangan (?), ada juga yang bilang kalo dia ikut audisi jadi member Super Junior boyband Korea yang lagi booming banget itu pasti dia lulus. Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya.

Tiba tiba hp ku bergetar di sakuku. Ada sms dari Arya. Ku buka dengan malas malasan.
Jangan ingkar janji ya...  ;)
Aku menghela nafas berat dan menutup layar hp tanpa membalasnya. Aku berjalan keluar kelas.

Di depan aula yang sepi karena anak anak yang lain sibuk ke kantin dia menunggu sambil memainkan layar hp nya. Membuka dan menutupnya.

"Maaf aku lama." ujarku tiba tiba, yang mungin agak mengagetkannya. Karena wajahnya agak tegang. Tapi ketika melihat wajahku dia kemudian tersenyum manis. Manis sekali. My sweet little brother.......

" Ga papa. Belum lama kok." jawabnya sambil memamerkan senyuman mautnya yang bisa membuat wanita lain mati berdiri.

"Memangnya kamu tidak takut fans-fansmu itu melihat kita disini? Aku tidak mau ada yang bergosip yang aneh aneh tentang kita."

"Kalau gitu kenapa tidak kita bilang saja kita bersaudara. Beres kan?" jawabnya santai yang malah membuat hatiku panas.

"Aku sudah bilang kan ..."

"Tidak mau ketahuan kita kakak adik kan?" sambarnya, hingga aku tidak bisa meneruskan kata kataku. "Why Raya? Apa salahku? Karena aku mirip ayah jadi kau membenciku? Karena aku tinggal dengan ayah jadi kau membenciku? Kenapa kita jadi seperti orang lain? Kenapa kau mengacuhkanku?" bentaknya sambil melihat tajam ke arah wajahku. Aku hanya diam dan memalingkan muka.

Tangannya menyentuh pipiku. Memaksa wajahku untuk berhadapan wajahnya. Tanpa aku sadari ternyata dia bertambah tinggi secepat ini selama empat tahun terakhir. Mataku bertatapan dengan bola matanya yang berwarna hazel. Warna mata yang jauh berbeda dengan mataku yang gelap.

"Kau tau susahnya aku untuk bisa bertemu kamu? Kau tau perjuanganku masuk kelas akselarasi agar bisa secepatnya masuk SMU yang sama denganmu? Apa kau tidak memikirkan itu, hah?!" bentaknya yang membuat mataku membulat kaget. Aku hanya bisa membuka dan menutup mulutku tanpa ada bantahan yang keluar dari sana.

"Kau boleh marah padaku, kau boleh tidak mengakuiku sebagai adikmu. Tapi kau tak bisa mengacuhkanku. Aku tidak tahan Ra. Sumpah! Aku tidak tahan! Jangan biarkan aku kehilanganmu juga setelah ibu. Aku tak mau Ra." ujarnya panjang lebar. Mata hazelnya menampakkan rasa sakit yang ada dihatinya. Begitu juga dihatiku. Tapi aku tak tau harus bagaimana.

"Ap-apa aku harus perduli?" jawabku akhirnya. Mata Arya terbelalak kaget. Aku juga. Tak kusangka aku akan mengucapkan kata - kata yang begitu kejam seperti itu.
"Apa ayah perduli dengan kehidupanku dan ibu 4 tahun terakhir ini?" aku meneruskan kata-kata yang terdengar sangat kasar itu. Aku tau hati Arya pasti sakit. Tapi terlebih lagi hatiku.

"Ra, maafkan aku. Maafkan ayah juga. Aku tak tau harus gimana lagi agar kamu mau memaafkan aku. Aku menyayangimu kak." dia mengelus pelan pipiku. Aku tak tau harus berkata apa. Aku hanya bisa memalingkan wajah.
Tiba tiba sesuatu yang terasa hangat menempel di dahiku. Aku merasakan nafasnya di pucuk rambutku. Hatiku berdetak tak karuan. Ia mencium kepalaku pelan dan lama. Aku hanya bisa menahan nafas. Aku tak tau kapan terakhir aku merasakan perasaan ini.

"Raya?Lagi ngapain?" tiba tiba sebuah suara mengagetkanku memaksaku untuk memalingkan wajahku ke arahnya. Ragil tengah berdiri sekitar 3 meter dariku dengan wajah yang keheranan. Arya cepat cepat menjauh dan memasang wajah 'Prince' nya.

Aku tak tau harus bilang apa. Yang aku ingin hanya cepat-cepat pergi dari sini.
Tanpa berkata apa apa aku pergi dari tempat itu. Dan berjalan melewati Ragil tanpa melihatnya sedikitpun.
Jantungku terus berdegup tak karuan. Aku tak mengerti. Benar-benar tak mengerti.

"Sepertinya aku hanya butuh istirahat." ujarku pada diri sendiri.

To Be Continued...

***
hahaha...selesai juga chapter pertama ini..Mianhae ya isinya baru dikit.. ^o^
jangan lupa commentnya biar chapter 2 nanti jadi lebih seru..hhehehe
Arigatou Gozaimasu udah mau baca cerita ini. (Halah bahasanya campur-campur)
Sampai jumpa di chapter berikutnya....
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar